Perlawanan PETA di Blitar merupakan salah satu perlawanan terhadap Jepang pada saat itu. Jika kita tarik garis ke belakang, PETA atau dikenal juga sebagai Pembela Tanah Air merupakan organisasi militer yang dibentuk oleh kekaisaran Jepang untuk melindungi Indonesia dari sekutu. Tentara PETA mendapatkan pelatihan dari Jepang, tetapi berbeda dengan Heiho, PETA belum pernah mengalami pengalaman tempur.
Pemberontakkan di Blitar dilatarbelakangi oleh oleh semakin sulitnya kehidupan rakyat saat itu dan juga keinginan merdeka atas kepercayaan bahwa tentara Jepang akan segera kalah dalam perang asia timur raya sesuai berita yang didapat dari radio Internasional dimana satu persatu daerah kekuasaannya di asia jatuh ketangan sekutu. Sehingga sebelum tentara sekutu mendarat di Indonesia dan mengembalikan Indonesia sebagai wilayah pendudukan Belanda. Indonesia harus merdeka dan mendapat pengakuan internasional sehingga mencegah hal itu terjadi.
Akhirnya mereka memutuskan tanggal 14 merupakan tanggal penyerangan karena adanya pertemuan besar antara komandan dan anggota PETA di Blitar sehingga diharapkan akan membangkitkan semangat anggota lain, menguasai Blitar, dan menyulut semangat warga di daerah lain untuk melakukan pemberontakan. Gerakan yang dipimpin oleh Supriadi tersebut ternyata mengalami kesulitan karena pertemuan tersebut harus batal. Bila mereka tidak menyerang akan ada kemungkinan besar diketahui oleh kekhaisaran Jepang sehingga dapat diprediksikan mereka akan mendapat hukuman mati bagi yang terlibat perlawanan tersebut.
Supriyadi dan anggota lain tetap akan melaksanakan pemberontakan tersebut. Tepat dinihari 14 Februari 1945 meletuslah tembakan mortir dan peluru dari asrama Tentara PETA di Blitar dan pengibaran bendera Merah putih tepat diseberang asrama PETA.seperti telah diduga sebelumnya Tentara Kekaisaran Jepang akhirnya bisa mengatasi pemberontakan ini.harapan pemberontakan PETA di Blitar akan mendorong Pemberontakan PETA di daerah lain tidak terjadi karena tentara Jepang segera menarik seluruh senjata yang dipegang tentara PETA .
Semenjak peristiwa tersebut, jejak Supriadi menghilang sedangkan anggotadan komandan lain di penggal di daerah Ancol, ada juga yang di penjara. Untuk mengenang perlawanan PETA tepat di lokasi perlawanan didirikan monumen PETA yang terdiri dari 7 patung dalam sikap menyerang tepat ditengah-tengah adalah Supriyadi sebagai pemimpin perlawanan. Sedangkan asrama PETA kini menjadi SMP dan SMU Negeri namun bila dihat dari bentuk banguanan tersebut ada kesan itu merupakan bangunan asrama militer. Tugu tempat pengibaran bendera merah putih saat pemberontakan kini menjadi taman makam pahlawan.
Oleh: Alghiery, Aminy, Jayanti dan Michael.
Informasi yang dicantumkan dalam artikel Perlawanan PETA terhadap Jepang cukup lengkap karena terdapat 4W+1H (What, when, where, who, dan How). Good Job Titi
ReplyDelete